Jumat, 01 Juni 2012

Jaringan Darah

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR MAKASSAR 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur tak henti-hentinya kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah, rahmat dan inayahnya sehingga kita masih sempat diberikan kesempatan untuk menikmati kehidupan yang indah ini. Terlebih lagi nikmat kesehatan yang Dia berikan sehingga tak menghambat setiap kegiatan yang kami lakukan. Dan Alhamdulillah kami telah menyelesaikan penyusunan sebuah makalah Sitohistoteknologi yang berjudul “Jaringan Darah”. Pengambilan topik tersebut tak lepas dari berbagai kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang calon ahli madia analis kesehatan, khususnya dalam hal ini tentang jaringan darah, yang merupakan poin mutlak yang harus selalu dipelajari. Makalah ini telah kami susun dengan menggunakan kata-kata baku yang mudah dipahami oleh para pembaca, sehingga dapat memberikan kesan positif bagi penulis terlebih lagi dapat menambah wawasan para pembaca. Makalah ini kami susun dengan memadukan antara buku-buku, materi dari internet dan pengetahuan-pengetahuan yang telah kami dapatkan sebelumnya. Oleh karena itu hendaknya ini dapat menjadi sebuah langkah awal untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini, meskipun makalah ini telah penulis susun dengan usaha sebaik-baiknya, namun kesalahan mungkin tak akan luput apalagi penulis sebagai manusia biasa. Oleh karena itu penulis pun memberikan kesempatan kesempatan kepada para pembaca untuk memberikan masukan dan saran guna memberikan suatu pelajaran agar dapat meminimalkan kesalahan dalam pembuatan karya tulis berikunnya. Makassar, 4 Desember 2011 Penulis, DAFTAR ISI Halaman Sampul Kata Pengantar Daftar Isi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Jaringan B. Pengertian Darah C. Jaringan Darah BAB III PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAftar Pustaka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga Analis Kesehatan, adalah salah satu tenaga kesehatan yang seorang calon tenaga Analis Kesehatan, kita dituntut untuk menguasai banyak keahlian dibidang yang berkaitan mpunyai peranan yang sangat penting dalam dunia kesehatan, peranan analis saat ini sebagai tenaga laboratorium sangat membantu pekerjaan dokter untuk mendiagnosa penyakit denagn tepat sebagai pertimbangan dalam melakukan langka selanjatnya, pengobatan, operasi, terapi, dan lain-lain. Mengingat pentingnya hal tersebut, seorang analis harus benar-benar tahu apa yang harus dilakukan nantinya sehingga tidak salah dalam menentukan suat hasil pemeriksaan, karena kesahan sekecil apapun akan mengancam keselamatan nyawa pasien. Oleh karena itu seorang calon tenaga analis kesehatan selain harus memiliki Ilmu Pengetahuan yang berkaitan dengan kompetensi bidangnya, juga dituntut untuk menguasai keterampilan/skill dan Kiat (Pengalaman). Keterpaduan ketiga factor tersebut harus diimplementasikan di bidang Hematologi, Kimia Klinik, Bakteriologi, Parasitologi, Imunologi, Transfusi darah, Histologi dan sebagainya. Maka salah satu langkah penulis untuk pemenambah pengetahuanya yaitu dengan penyusunan makalah, maka pada kesempatan ini kami menyusun makalah Histologi yang berjudul “Jaringan Darah”, pngambilan topik ini tidak lepas dari sub-sub kompetensi sebagai bahan ajaran, yang juga diimplementasi dalam praktikum untuk melihat morfologinya. Hal lain yang mendasari pengambilan topik ini menarik untuk dibahas lebih lanjut adalah jaringan darah adalah sub kompetensi yang paling banyak berkaitan dengan tugas pokok kita nantinya, sehingga seyogyanya untuk diketahui pokok pokok tentang sub kempetensi ini, misalnya mengenai morfologi sel-sel darah. B. Rumusan masalah Adapun rumusan masalah yang mendasari penyusunan makalah ini tenatng kehidupan parasit ini dalam segala aspek yang kemudian di rangkum dalam berbagai sub-sub pembahasan yang meliputi pengetian darah dan jaringan, serta yang mencakup detail-detail tentang jaringan darah. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dari penulisan makalah kami ini antara lain sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui segala hal yang berkaitan dengan darah, jaringan, maupun jaringan darah 2. Untuk meningkatkan Pengetahuan kami, baik dari cara penulisan Karya Ilmiah, juga dari isi yang terkadung dari makalah ini. 3. Sebagai bahan evaluasi dan penilaian tugas dari dosen mata kuliah bersangkutan. 4. Dan diharapkan dapat berguna sebagai bahan bacaan untuk mahasiswa lingkungan Program D-3 Analis Kesehatan. BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Jaringan Jaringan dalam biologi adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fisiologi yang sama membentuk organ. Ada empat kelompok jaringan dasar yang membentuk tubuh semua hewan, termasuk manusia dan organisme multiseluler tingkat rendah seperti artropoda: jaringan epitelium, jaringan pengikat, jaringan penyokong, dan jaringan saraf. B. Pengertian Darah Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali tumbuhan) yang berfungsi mengirimkan zat-zat dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan tubuh, mengangkut bahan-bahan kimia hasil metabolisme, dan juga sebagai pertahanan tubuh terhadap virus atau bakteri. Istilah medis yang berkaitan dengan darah diawali dengan kata hemo- atau hemato- yang berasal dari bahasa Yunani haima yang berarti darah. C. Jaringan Darah Jaringan darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan yang terdiri dari dua bagian, yakni bahan interseluler dan sejumlah bahan organik. Volume dari darah secara keseluruhan sekitar satu perdua belas dari berat badan atau lima liter, 55 % adalah cairan (Plasma), sedangkan sisanya adalah sel-sel darah (Korpuskuli). 1. Fungsi Darah Adapun fungsi dari jaringan darah :  Sebagai pembawa zat-zat makanan dari sistem pencernaan ke seluruh sel tubuh.  Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh.  Mengangkut sisa-sisa metabolisme (misalnya: CO2) dari seluruh sel tubuh ke organ-organ ekskresi (misalnya: paru-paru)  Mengangkut hormon dari kelenjar hormon ke organ sasaran.  Memelihara keseimbangan cairan tubuh.  Mempertahankan tubuh dari serangan mikroorganisme / zat asing lain, yang dijalankan oleh sel-sel darah putih (leukosit).  Memelihara suhu tubuh. 2. Komponen Cair Darah (Plasma Darah) Plasma darah adalah komponen darah berbentuk cairan berwarna kuning yang menjadi medium sel-sel darah, dimana sel darah ditutup. terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor koagulasi, ion mineral, hormon dan karbon dioksida. Plasma darah juga merupakan medium pada proses ekskresi. Komponen plasma terdiri dari 45% - 60% volume darah total terdiri dari : • air : 91% - 92%. • zat padat : 8% - 9% : o protein (alb,globulin,fibrinogen) o unsur an-organik (na,k,fosfor, fe,dll) o unsure organik (nitogen, urea, as.urat, xantin, kreatinin, as.amino, lemak, kolesterl, glukose) o enzim (amilase, protease,lipase) Peran & Fungsinya Protein Plasma terdiri dari Albumin (Alb), Fibrinogen (faal hemostasis), Globulin (antibodi /imunoglobulin), IgM (Imunitas/Marker), dan beberapa protein fase akut (inflamasi). Peran/fungsi Protein plasma (Alb) : 1. Mempertahankan Volume Darah 2. Menjaga Tekanan Osmotik Koloid, 3. keseimbangan pH & Elektrolit, 4. Transfor Ion Logam, As.Lemak 3. Komponen Seluler Eritrosit (Sel Darah Merah) Sel darah merah atau yang juga disebut sebagai eritrosit berasal dari Bahasa Yunani, yaitu erythros berarti merah dan kytos yang berarti selubung/sel) Gambar Eritrosit Bentuk : cakram bikonkaf Ukuran :  Diameter : 8 µm  Tebal tepi : 2 µm  Tebal tengah : ± 1 µm Terdapat sekitar 5 juta sel/mm3 darah Sel darah merah, eritrosit (en:red blood cell, RBC, erythrocyte) adalah jenis sel darah yang paling banyak dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh. Bagian dalam eritrosit terdiri dari hemoglobin, sebuah biomolekul yang dapat mengikat oksigen. Hemoglobin akan mengambil oksigen dari paru-paru, dan oksigen akan dilepaskan saat eritrosit melewati pembuluh kapiler. Warna merah sel darah merah sendiri berasal dari warna hemoglobin yang unsur pembuatnya adalah zat besi. Pada manusia, sel darah merah dibuat di sumsum tulang belakang, lalu membentuk kepingan bikonkaf. Di dalam sel darah merah tidak terdapat nukleus. Sel darah merah sendiri aktif selama 120 hari sebelum akhirnya dihancurkan. Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8 μm dan ketebalan 2 μm, lebih kecil daripada sel-sel lainnya yang terdapat pada tubuh manusia. Eritrosit normal memiliki volume sekitar 9 fL (9 femtoliter) Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total dari 270 juta molekul hemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme. Orang dewasa memiliki 2–3 × 1013 eritrosit setiap waktu. Wanita memiliki 4-5 juta eritrosit per mikroliter darah dan pria memiliki 5-6 juta. Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki kadar oksigen yang rendah maka cenderung untuk memiliki sel darah merah yang lebih banyak. Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih yang hanya memiliki sekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya memiliki 150000-400000 di setiap mikroliter dalam darah manusia. Pada manusia, hemoglobin dalam sel darah merah mempunyai peran untuk mengantarkan lebih dari 98% oksigen ke seluruh tubuh, sedangkan sisanya terlarut dalam plasma darah. Eritrosit dalam tubuh manusia menyimpan sekitar 2.5 gram besi, mewakili sekitar 65% kandungan besi di dalam tubuh manusia. Fungsi lain  Ketika eritrosit berada dalam tegangan di pembuluh yang sempit, eritrosit akan melepaskan ATP yang akan menyebabkan dinding jaringan untuk berelaksasi dan melebar.  Eritrosit juga melepaskan senyawa S-nitrosothiol saat hemoglobin terdeoksigenasi, yang juga berfungsi untuk melebarkan pembuluh darah dan melancarkan arus darah supaya darah menuju ke daerah tubuh yang kekurangan oksigen.  Eritrosit juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Ketika sel darah merah mengalami proses lisis oleh patogen atau bakteri, maka hemoglobin di dalam sel darah merah akan melepaskan radikal bebas yang akan menghancurkan dinding dan membran sel patogen, serta membunuhnya. Daur Hidup Sesuai fungsinya sumsum tulang dapat dibagi dalam beberapa sistem/kelompok sel: 1. Kelompok sel induk pluripotensial + multipotensial 2. Kelompok sel induk unipotensial atau bipotensial + sel-sel yang berdiferensiasi 3. Sistem pengatur pertumbuhan (menstimulasi proliferasi set) Dalam sumsum tulang yang aktif memproduksi sel darah terdapat dua sistem yaitu 1. stroma sumsum tulang 2. sinusoid. Sel yang berperan dalam hemopoesis mengambil tempat dalam stroma sumsum tulang, hanya sel yang sudah matang masuk dalam sinusoid dan terus ikut dalam aliran darah masuk ke dalam sirkulasi darah. Sel yang belum matang pada prinsipnya tetap tinggal dalam stroma sumsum tulang. Eritropoesis o Proses eritropoesis dimulai sel induk multipotensial, kemudian terbentuk sel-sel induk unipotensial yang masing-masing membentuk satu jenis sel misalnya eritrosit. Proses pembentukan eritrosit ini disebut eritropoesis. Eritropoietin (bahasa Inggris: erythropoetin, erithropoyetin, hematopoietin, hemopoietin, EPO) adalah hormon glikoprotein yang merupakan stimulan bagi eritropoiesis, sebuah lintasan metabolisme yang menghasilkan eritrosit o Dalam keadaan normal 20% dari sel sumsum tulang yang berinti adalah sel berinti pembentuk eritrosit. o Sel berinti pembentuk eritrosit ini tampak berkelompok-kelompok dan tidak masuk ke dalam sinusoid. o Baru pada tahap retikulosit (tak berinti lagi) sel-sel ini menjadi lebih bebas satu sama lain dan dapat masuk ke dalam sinusoid untuk terus masuk dalam aliran darah. o Sel induk unipotensial yang committed akan mulai bermitosis sambil berdiferensiasi menjadi sel eritrosit bila mendapat rangsangan eritropoetin. o Selain merangsang proliferasi sel induk unipotensial, eritropoetin juga merangsang mitosis lebih lanjut sel promonoblas, normoblas basofilik dan normoblas polikromatofil. (Biasanya diperlukan 3¬5x mitosis untuk mengubah proeritroblas mencapai tahap terakhir dari sistim eritropoesis yang masih berinti.) Dengan sekali rangsangan maka proliferasi dan pematangan eritroblas akan berlangsung selama 7 hari dan selanjutnya akan berhenti dalam 2¬3 minggu. Bila dirangsang lagi atau kadar eritropoetin yang diberikan cukup banyak, maka pada hari ke 8¬10 akan terjadi pembentukan koloni baru lagi. Ada dua proses yang memegang peranan utama dalam proses pembentukan eritrosit dari sel induk unipotensial : 1. pembentuk deoxyribonucleic acid (DNA) dalam inti sel 2. pembentuk Hb dalam plasma eritrosit Pembentukan DNA dalam inti sel Agar mitosis dapat terjadi, inti sel yang akan bermitosis terlebih dahulu harus membentuk DNA yang diperlukan untuk membentuk 2 pasang kromosom yang masing-masing kemudian akan berada dalam inti sel hasil mitosis. Bila pembentukan DNA ini mengalami hambatan maka walaupun pembentukan Hb dalam plasma telah cukup, mitosis tidak mungkin terjadi dan akan mengalami "penundaan" sampai jumlah DNA yang diperlukan tercapai. Untuk pembentukan DNA ini diperlukan dua katalisator yang memegang peranan amat penting yaitu vit. B12 dan 2) asam folat. Kekurangan vitamin B12 dan atau asam folat akan menyebabkan berkurangnya mitosis sel. Karena pada saat yang bersamaan pembentukan hemoglobin berjalan terus, akan terjadi disproporsi antara besar dan bentuk inti dengan ukuran sitoplasma. Akhirnya terbentuk sel eritrosit yang abnormal dan berukuran besar dalam jumlah yang tidak cukup sehingga terjadi keadaan anemia (makrositosis). Di samping itu sel eritrosit berinti yang terdapat dalam sumsum tulang cepat hancur dalam sumsum tulang sebelum mencapai bentuk eritrosit matang. Dalam keadaan normal dibutuhkan sekitar 100-400 ug B12 dan sekitar 1500 ug asam folat sebulan untuk mempertahankan jumlah eritrosit yang normal Pembentukan Hemoglobin dalam sitoplasma sel Pembentuk sitoplasma sel dan hemoglobin (Hb) terjadi bersamaan dengan proses pembentukan DNA dalam inti sel. Seperti dikemukakan sebelumnya Hb merupakan unsur terpenting dalam plasma eritrosit. Molekul Hb terdiri: globin, protoporfuin dan besi (Fe).  Globin dibentuk sekitar ribosom  Protoporfirin dibentuk sekitar mitokondria.  Besi didapat dari transferin. Pada permulaan sel eritrosit berinti terdapat reseptor transferin. Tidak berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat Fe untuk pembentukan Hb dapat disebabkan oleh rendahnya kadar Fe dalam darah. Hal ini dapat disebabkan oleh: 1. kurang gizi 2. gangguan absorbsi Fe (terutama dalam lambung) 3. kebutuhan besi yang meningkat akan besi (kehamilan, perdarahan dan sebagainya). Penyebab ketidak berhasilan eritrosit berinti untuk mengikat besi dapat juga disebabkan oleh rendahnya kadar transferin dalam darah. Hal ini dapat dimengerti karena sel eritrosit berinti maupun retikulosit hanya memiliki reseptor transferin bukan reseptor Fe. Perlu diketahui bahwa yang dapat terikat dengan transferin hanya Fe elemental dan untuk membentuk 1 ml packed red cells diperlukan 1 mg Fe elemental. Gangguan produksi globin hanya terjadi karena kelainan gen (Thalassemia, penyakit HbF, penyakit Hb C, D, E, dan sebagainya). Bila semua unsur yang diperlukan untuk memproduksi eritrosit (eritropoetin, B , asam folat, Fe) terdapat dalam 12 jumlah cukup, maka proses pembentukan eritrosit dari pronormoblas s/d normoblas polikromatofil memerlukan waktu 2-4 hari. Selanjutnya proses perubahan retikulosit menjadi eritrosit memakan waktu 2-3 hari dengan demikian seluruh proses pembentukan eritrosit dari pronormoblas dalam keadaan "normal" memerlukan waktu 5 s/d 9 hari. Perlu diketahui bahwa diperlukan beberapa jenis enzim dalam kadar yang cukup agar eritrosit dapat bertahan dalam bentuk aktif selama 120 hari. Kekurangan enzim-enzim ini akan menyebabkan eritrosit tidak dapat b’tahan cukup lama dan menyebabkan umur eritrosit tadi kurang dari 120 hari. Ada dua enzim yang berperan penting yaitu: 1) piruvat kinase, 2) glukose 6-fosfat dehidrokinase (G6PD). 4. Komponen Seluler Leukosit (Sel Darah Putih) Sel darah putih, leukosit (bahasa Inggris: white blood cell, WBC, leukocyte) adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaan normalnya terkandung 4x109 hingga 11x109 sel darah putih di dalam seliter darah manusia dewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes.Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih .Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan cara mereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK, sel biang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Fungsi Leukosit Secara umum, leukosit berfungsi sebagai : 1. Mengepung daerah yang terkena infeksi atau cidera. 2. Menangkap organisme hidup dan menghancurkannya. 3. Menyingkirkan bahan lain seperti kotoran-kotoran, serpihan kayu, benang jahitan (catgut) dsb dengan cara yang sama. 4. Sebagai tambahan granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. 5. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhan dimungkinkan. Jenis-jenis leukosit Ada beberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu : 1. Basofil. 2. Eosinofil. 3. Neutrofil. Dan dua jenis yang lain tanpa granula/agranulosit dalam sitoplasma: 1. Limfosit. 2. Monosit. 1. Neutrofil  Disebut sel polimorfonuklear (PMN).  Inti padat, khas terdiri 2-5 lobus.  Sitoplasma : pucat dg garis batas beraturan mengandung byk granula merah muda-biru (azurofilik) atau kelabu-biru.  Pada sel matang, nukleokromatin memadat menjadi gumpalan/lobus diskret yg dihubungkan oleh benang tipis.  Netrofil merupakan lini pertama pertahanan tubuh apabila jaringan rusak/infeksi.  Fungsi : sbg sistem imun tubuh non-spesifik.  Peran : sel fagosit, netrofil dpt mengeluarkan enzim ke dlm sitoplasma dlm proses fagositosis.  Peran fagositosis a/ mencegah invasi mikroorganisme patogen, melokalisasi & memfagosit antigen (mikroba) tsb.  Punya kemampuan fagositosis untuk memangsa dan menghancurkan bakteri serta sel-sel tubuh yang mati.  Granula berisi enzim hidrolisis Netrofil terbagi atas 2, yaitu : Netrofil batang/Band Ciri-ciri :  Besar sel : 10-15 mikron  Inti sel : sentral/eksentrik  Warna : biru keunguan  Kromatin : kasar bergerombol  Membran inti : tidak ada  Sitoplasma : luas,lebarnya relatif lbh besar  Warna sitoplasma : oxyphil  Garnula dlm sitoplasma : biasa oxyphil,basofil/netrofil  Normal : 2%-6% dlm darah tepi. Netrofil Segment Ciri-ciri : • Besar sel : 10-15 mikron • Inti sel : letak sentral • Bentuk inti : bersegmen 2-3 lobus • Warna inti : biru pucat keunguan • Kromatin : kasar lbh kompak • Butir inti : ada • Sitoplasma : luas,lebarnya relatif lbh lebar • Granula dlm sitoplasma : tersebar halus & berwarna ungu (netrofilik). • Fungsi : sel fagosit PMN thp infeksi • Normal dlm darah tepi : 50%-70% 2. Eosinofil  Besar sel : 10-15 mikron  Inti sel : sentral/eksentrik  Bentuk inti : bersegmen(2-3 lobus)  Warna inti : kebiru-biruan/pucat  Kromatin : kasar  Membran inti : ada  Butir inti : tidak ada  Sitoplasma : relatif lbh lebar/besar  Warna sitoplasma : kemerahan/oxyphil/eosinofilik  Granula dlm sitoplasma : byk, sama besar bulat,warna orange kemeraan,kuning mengkilat.  Fungsi : melawan parasit, pengendali regulasi reaksi anafilaksis.  Normal : 1%-3%  Berwarna merah jika diwarnai dengan eosin  Jumlahnya akan meningkat jika dalam tubuh ada reaksi alergi atau ada parasit.  Mirip netrofil, kecuali granula sitoplasma kasar, berwarna merah tua, 3. Basofil  Sel ini jarang ditemukan dlm darah tepi normal.  Granula bulat besar biru tua.  Besar sel : 8-14 mikron  Inti sel : sentral/eksentrik  Bentuk inti : tdk jelas tertutup granula  Warna inti : kebiru-biruan  Kromatin : kasar  Membran inti : ada  Sitoplasma luas/lebar : sedang  Warna sitoplsama : oxyphil  Granula dlm sitoplasma : sedikit/byk, kasar tdk sama bsr, biru tua.  Fungsi: melepas senyawa pengatur sirkulasi (histamin, serotonin, heparin) utk peningkatan vermeabilitas vaskuler, jg dlm alergi.  Normal : 0%-1%  Berperan sebagai agen anti alergi  Menghasilkan histamine  Mengandung heparin,suatu senyawa yang mencegah pembekuan darah di dalam pembuluh darah 4. Limfosit  Besar sel : besar-sedang-kecil  Inti sel : eksentrik  Bentuk inti : oval relatif besar.  Warn inti : biru gelap  Kromatin : kompak, memadat  Membran inti : kurang jlas terlihat  Sitoplasma : luas/lebar relatif sempit  Warna sitoplasma : oxyphil  Granula dlm sitoplsama : tdk ada.  Fungsi : sel imunosit (membentuk Antibodi/Ab).  Normal : 20%-40  Berperan dalam pertahanan tubuh dengan cara membentuk suatu protein yang 5. Monosit  Sel paling besar  Bentuk : tdk beraturan  Inti : eksentrik,oval spt otak,ginjal,biru keunguan.  Kromatin : lbh kasar  Membran inti : halus  Sitoplasma : luas,lebar relatif lbh besar  Warna sitoplasma : biru pucat  Granula : kadang ada azurofilik.  Fungsi : sel fagosit terhadap mikroba  Normal : 2%-8%.  Berukuran paling besar diantara sel darah putih lainnya.  Sel monosit berada di dalam darah selama 24 jam.Setelah itu,ia akan menuju jaringan dan berkembang menjadi makrofag dan tinggal selamanya di jaringan tersebut.  Makrofag merupakan sel pemangsa bakteri sel-sel mati,dan sisa-sisa lainnya 5. Keping-keping Darah / trombosit. Sel kecil kira-kira sepertiga ukuran sel darah merah. Terdapat 300.000 trombosit dalam setiap millimeter kubik darah. Peranannya penting dalam penggumpalan darah. Penggumpalan (koagulasi) darah dipercepat oleh : 1. Panas yang sedikit lebih tinggi dari suhu badan. 2. Kontak dengan bahan kasar seperti pinggiran yang kasar dari pembuluh darah yang rusak. Penggumpalan (koagulasi) darah dipercepat oleh : 1. Dingin. 2. Kalau disimpan dalam tabung berlapis lilin di sebelah dalamnya, sebab darah memerlukan kontak dengan permukaan yang dapat menjadi basah oleh air sebelum dapat bergumpal, sedangkan paraffin tidak memiliki permukaanyang dapat basah oleh air. 3. Dengan ditambah kalium sitrat atau natrium sitrat yang menyingkirkan garam kalsium yang dalam keadaan normal ada. Ciri-ciri :  Dihasilklan dlm sumsum tulang lewat fragmentasi sitoplasma megakaryosit dlm sistem hematopoetik.  Trombopoietin a/: pengatur utama produksi trombosit & dihasilkan oleh hati & ginjal.  Bentuk : lempeng (disc)  Diameter : 3-4 µm  Jumlah sirkulasi : 200.000-400.000/mm3 darah  Peran : m’btk sumbat/bekuan trombosit pd perdarahan/hemostasis.  Fungsi : sistem hemostasis  Beberapa granula dilepas pd saat agregasi, utk melakukan fungsi dlm hemostasis. 6. Hematopoesis Defenisi Haematopoiesis (dari Yunani Kuno: haima darah; poiesis untuk membuat) (atau hematopoiesis di Amerika Serikat; kadang-kadang juga haemopoiesis atau hemopoiesis) adalah pembentukan komponen sel darah. Semua komponen darah seluler berasal dari sel-sel induk haematopoietic. Dalam orang dewasa yang sehat, kira-kira 1011-1012 sel-sel darah baru diproduksi setiap hari untuk mempertahankan jumlah darah dalam sirkulasi perifer. Teori Pembentukan : 1. Teori Monofilatik Dimana sel darah berasal dari satu sel induk. Dimana sel-sel mesenkim berubah menjadi hemohistioblast Bergranula (hemahitioblast myeloid) : mieloblast, eritroblast, megakarioblast. Tidak bergranula (hemohistioblast limfoid): limfoblast, monoblast. Neomonofilaktik (monofiletik yang baru); Oleh Dounrey, dimana sel mesenkimMieloblast, megakarioblast, promegakariosit, limfoblast, pronormobast. 2. Poifilektik Masing-masing sel darah mempunyai induk steam sel yang tertentu dan terpisah satu sama lain. Sel¬2 mesenkim itu masing-masing : mieloblast, proeritrosit, eritroblast, megakarioblast, RES (Retikulo Endotelia Sytem) 3. Teori Kombinasi Antara Monofilektik Dan Polifilektik  Duofilektik (oleh Erlich) : Sel Mesenkim mieloblast dan limfoblast  Triofilektik (Nargali) : Sel Mesenkim mieloblast, pronormoblast, limfoblast. Masing-masing dari ketiga teori di atas, steam sel mengalami regulasi (pengaturan) dengan proliferasi dan deferensiasi menjadi Eritropoietin, Lekopoietein, Trombipoietin. Tempat Pembuatan 1. Awal Kehamilan • Pada awal kehamilan sampai 4 bulan, tempat pembuatan sesuai dengan hematopoiesis. • Bulan-bulan pertama, 7-10 bulan di hepar dan lien • Sekitar 6-7 bulan, di sumsum tulang, selama masa awal dan dewasa normal. 2. Pada bayi (anak) semua sumsum tulang membentuk darah sesuai dengan hemopoietik system. Selama bayi terjadi pada tulang panjang, disamping itu mengalami proses pergantian lemak secara progresif (kira2 ampai 50%). Faktor Pertumbuhan Hemopoietik  Faktor pertumbuhan hemopoetik: hormon glikoprotein yg mengatur proliferasi sel-sel pregenitor hemopoetik & fungsi sel matur.  Limposit-T, monosit(makrofag), sel stroma sumsum tulang : sumber utama faktor pertumbuhan, kecuali eritropoetin 90% disintesis (di ginjal) & trombopoetin (hati).  Ag & endotoksin mengaktifkan limposit-T/makrofag utk melepaskan interleukin-1(IL-1) & Tumor Nekrosis Factor (TNF) yg kemudian merangsang sel endotel, fibroblas, sel-T lain, makrofag utk menghasilkan faktor pertumbuhan koloni granulosit-makrofag (granulocyte-makrophage colony-stimulating factor (GM-CSF), G-CSF, M-CSF, IL-6 & faktor pertumbuhan lain saling berinteraksi. Granulopoiesis  konsentrasi lekosit dlm darah relatif konstan, walaupun setiap hari sejumlah lekosit mati, diganti oleh proses pembelahan sel.  proses pembentukan lekosit disebut: granulopoiesis.  faktor pertumbuhan yg mempengaruhi pematangan sel bakal granulosit, monosit, & megakariosit disebut: gm-csf  il-1, il-3, il-6 & il-11 : faktor pertumbuhan mielopoiesis dlm sumsum tulang.  granulopoiesis : evolusi kontinu dari prekursor mieloid paling dini menjadi mieloblast sampai matang, seperti netrofil.  proses ini memerlukan waktu: 7-11 hari.  mieloblast-promielosit-mielosit mampu membelah diri/mitotik sampai akhir pematangan, metamielosit-netrofil band-segment.  di dlm sumsum tulang ada jlh berlebihan, disimpang mampu bertahan 10 jam.  netrofil dlm sirkulasi:7-10 jam, monosit 12-14 jam sbg sel fagosit. Tahapan Pembelahan Granulocytic (Eosinophil-Basophil-Neutrophil) 1. Myeloblast-Promyelocyte (Neutrophil)-Neutrophilic Myelocyte-Neutrophil Metamyelocyte-Neutrophil Mengikat Granulocyte-Neutrophil Segmented Granulocyte. 2. Promyelocyte (Eosinophil)-Eosinophilic Myelocyte-Eosinophilic Metamyelocyte-Eosinophilic mengikat Granulocyte-Eosinophilic tersegmen granulocyte. 3. Promyelocyte (Basophil)-Basophilic Myelocyte-Basophilic Metamyelocyte-Basophilic mengikat granulocyte-basophil segmented granulocyte. Tahapan Pembelahan Agranulosit (Monocyte & Lymphocyte) 1. Monoblast-Promonocyte-Monocyte 2. Lymphoblast-Prolymphocyte-Lymphocyte-Lymphocyte kecil Hemopoiesis Prenatal 1. Stadium Mesoblastik. Tampak kelompok2 pada “yolk sac” dan jaringan mesenkim embrional smpai minggu ke 10 kehamilan. Bagian dalam mengalami hematogen, eritrosit yang awal sekali (eritrosit primitif). Bagian luar mengalami maturasi (pematangan sel-sel eritrosit) ± minggu ke 3-10 2. Stadium Hepatik. Merupakan kelanjutan dari ibu hamil ±1,5 bulan. Keterangan : o Minggu ke 6 : Mesenkim >>> parenkim kasar, dst sampai bayi lahir. o Pada bulan ke 4, lien, hepar, kelenjar limfe & sumsum tulang sudah memproduksi darah o Ketika sudah dilahirkan, yang berperan dalam pembentukan darah : kelenjar limfe, sumsum tulang. Hematopoiesis Postnatal Hematopoiesis modulsr, dimulai dari kelahiran normal sumsum tulang aktif membentuk sel. Organ yang Berperan : 1. Sumsum Tulang (Born Marrow) a. Sumsum merah, aktif hematopoiesis b. Kuning ≠ aktif (Sel endotel, retikulum, lemak) Sel endotel, Eritrosit, Retikulum, Granulosit 2. Kelenjar Getah Bening (Nodulus Limfaticus) Jarinagn Limfa Limfosit 3. Lien, fungsi : a. Proliferasi Limfosit b. Destruksi limfosit yag tak terpakai 4. Gaster / Lambung a. Menyediakan faktor-faktor intrinsik (Vit. B12) b. Membantu pematangan sel darah c. Asam lambung mempermudah absorbsi Fe di dalam darah. 5. Hepar • Perombakan pigmen empedu • Depo Vit. B12 • Detosifikasi • Proses Pembentukan Darah 6. Enteropoietin Hormon yang terdapat di dalam ginjal sehingga segala penyakit ginjal terlebih yang berat akan berpengaruh terhadap hormon enteropoietin. Bila hormon ini berkurang, eritrosit juga berkurang meskipun di temapt-tempat produksi yang lain masih baik, tapi karena hormon tersebut diproduksi di ginjal jadi tetap akan berkurang. 7. Kelenjar Endokrin • Mampu mempengaruhi perkembangan & pertumb. Eritrosit • Menstimulasi eritropoiesis : tipoid • Hormon Esterogen : bersifat menghambat makin bayak makin berkurang proses pembentukan eritrosit 8. Nutrisi makanan (KH, protein, lemak, vitamin, mineral, molekul, as. folat, dll)Untuk maturasi/pematangan sel 9. RES (Retikulo Endotelia System) BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari seluruh pembahasan pada makalah ini, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yaitu bahwa Jaringan darah merupakan jaringan penyokong khusus, karena berupa cairan yang terdiri dari dua bagian, yakni bahan interseluler dan sejumlah bahan organik. Volume dari darah secara keseluruhan sekitar satu perdua belas dari berat badan atau lima liter, 55 % adalah cairan (Plasma), sedangkan sisanya adalah sel-sel darah (Korpuskuli) yang terdiri dari Eritrosit (Sel Darah Merah). Leukosit Sel darah Putih) dan Keping-keping darah (Trombosit). Masing-masing dari konponen-komponen darah tersebut mempunyai fungsi yang sangat penting dalam tubuh B. Saran Adapun saran yang dapat kami sampaikan sebagai hasil kajian makalah ini adalah Bahwa seorang Calon Tenaga Analis Kesehatan yang sangat berperan dalam membantu dokter untuk mendiagnosa suatu penyakit, sudah sepatutnya memiliki pengetahuan, Keterampilan/Skill dan Juga Kiat dalam Kompetensinya, khususnya bidang sitohistoteknologi Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, olehnya itu kami mengharapkan agar kiranya, pembaca dapat memberikan masukan atau kritik sebagai bahan pertimbangan agar pada kesempatan berikutnya, dapat meminimalisir keselahan-kesalahan dalam penyusunan karya tulis sehingga bisa menghasilkan karya tulis yang lebih baik lagi. DAFTAR PUSTAKA http://id.wikipedia.org/wiki/Darah Hoffbrand, 2005, Kapita Selekta Hematologi. Edisi-4, Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta. Anonim, 2003, Buku Pedoman Transfusi Darah, Modul-3, terjemahan bebas WHO, Jakarta. Sacher R, McPherson R, 2004, Tinjauan Klinik Hasil Pemeriksaan Laboratorium, Edisi II, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Gandasoebrata R, 2006, Penuntun Laboartorium klinik, cet-12. penerbit Dian Rakyat. Jakarta. Anonim, pemeriksaan Laboratorium Hematologi Sederhana.Edisi-2. FK-UI. Jakarta. Samad I, 1996, Diktat Hematologi, FK-Unhas, Makassar. Price SA, Wilson LM, 2006, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit,Edisi-6, Cet-1. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Sallah S, Bell A, The Morphology of Human Blood Cells.Edisi-7. Abbott. United States of America Wirawan R, 2007, Studi Kasus Hematologi, Dep.Patologi Klinik FK-UI RSCM, Konas PDS PATKLIN, Makassar. Baratawidjaja KG, 2004, Imunologi Dasar, Edisi-6 Cet-1, Balai Penerbit FK-UI. Jakarta. Shimaugi dkk, 2000, Atlas Cell Darah.Penerbit JICA-Indonesia BLK Makassar. Sadikin M, 2002, Biokimia Darah, Penerbit Widya Medika. Jakarta.

Sabtu, 19 Mei 2012

Cahaya dan Cinta

setitik terang yang membangunkanQ dari mimpi yang menguasaiku untuk berjalan ditempat yang tak semestinya yang mengikrarkan simponi tanpa nada yang mnjadikan mata buta dan hati tertutup hanya logika yang bermain teka-teki dalam kebimbangan yang membiarkan diri berlutup pada kepasrahan dan meniadakan kekuasaanNya. aku ingin dan tlah kambali pada cahaya yang kan menuntun jalanku pada kedewasaan bukan hanya dalam berpikir, tapi juga dalam menyikapi suatu pilihan takkan lagi kubiarkan impianQ semakin jauh aku akan kembali merajuk sayap perlahan walau hanya dengan dedaunan yang usang asal sayap itu bisa membuatku terbang untuk menggapai impianku. jika kelak impian itu kian jauh aku takkan menyerah untuk tetap menggapainya walau angin menerbangkanQ jauh kuakan tetap berdiri tegar dan tersenyum.